Today’s Paper - 28/11/2025 8:07 AM
  • Inspirasi
  • /
  • 5 Bentuk Larangan Bulan Safar yang Perlu Diketahui

5 Bentuk Larangan Bulan Safar yang Perlu Diketahui

Bulan Safar merupakan salah satu bulan dalam kalender Hijriah yang sering dikaitkan dengan berbagai mitos dan larangan oleh sebagian masyarakat. Meskipun tidak termasuk dalam bulan haram, bulan Safar tetap menyimpan nilai-nilai penting yang harus dipahami secara tepat menurut ajaran Islam.

Oleh karena itu, membahas larangan bulan Safar tidak hanya penting untuk meluruskan pemahaman, tetapi juga agar kita tidak terjerumus dalam keyakinan yang tidak berdasar.

Artikel ini akan mengulas berbagai bentuk larangan yang berkembang di masyarakat terkait bulan Safar. Kami akan menjelaskan asal muasalnya, pandangan Islam terhadap larangan tersebut, serta bagaimana seharusnya umat Islam menyikapinya.

Pembaca juga akan mendapatkan referensi mengenai amalan yang disunnahkan serta penjelasan ulama terkait keutamaan berpikir rasional dalam beragama.

Memahami Larangan di Bulan Safar

Sebagian masyarakat masih meyakini bahwa bulan Safar adalah bulan penuh kesialan atau musibah, sehingga muncul berbagai pantangan dan larangan. Pandangan ini bahkan bisa memengaruhi aktivitas sehari-hari seperti pernikahan, bepergian jauh, hingga aktivitas keagamaan tertentu.

Hal ini menjadi perhatian karena bisa menyebabkan umat terjebak pada bentuk-bentuk keyakinan yang bertentangan dengan ajaran tauhid.

Padahal, larangan bulan Safar yang selama ini dikenal banyak bersumber dari mitos turun-temurun, bukan dari Al-Qur’an atau sunnah yang shahih. Untuk itu, penting bagi kita untuk mengidentifikasi bentuk-bentuk larangan tersebut dan meninjau ulang kesesuaiannya dengan ajaran Islam.

Dengan begitu, kita dapat menjadikan bulan Safar sebagai momen refleksi dan pembenahan keimanan, bukan ketakutan tanpa dasar.

1. Melarang Menikah di Bulan Safar

Larangan pertama yang sering kita dengar adalah larangan melangsungkan pernikahan di bulan Safar. Banyak yang meyakini bahwa pernikahan yang dilaksanakan pada bulan ini akan bernasib buruk atau rawan perceraian.

Dalam pandangan Islam, keyakinan seperti ini termasuk bentuk thiyarah, yakni merasa sial karena waktu tertentu. Nabi Muhammad ï·º sendiri dengan tegas menolak anggapan bulan tertentu membawa sial. Pernikahan adalah ibadah, dan tidak ada satu waktu pun dalam Islam yang dianggap buruk untuk melaksanakan ibadah.

2. Tidak Boleh Bepergian Jauh

Sebagian masyarakat percaya bahwa bepergian jauh, apalagi untuk tujuan penting seperti berdagang atau umrah, sebaiknya dihindari pada bulan Safar. Alasannya karena diyakini rawan terjadi kecelakaan atau musibah di perjalanan.

Namun, tidak ada dasar syar’i yang menguatkan keyakinan ini. Islam justru mengajarkan untuk bertawakal setelah berikhtiar. Bepergian untuk tujuan baik tidak dibatasi oleh waktu tertentu, termasuk bulan Safar. Rasulullah sendiri pernah bepergian dan bahkan berperang di bulan Safar.

3. Mandi Tolak Bala Rabu Wekasan

Masyarakat tertentu memiliki tradisi mandi tolak bala yang biasanya dilakukan pada hari Rabu terakhir bulan Safar, dikenal dengan Rabu Wekasan. Mandi ini dianggap dapat membersihkan diri dari bala yang turun pada bulan tersebut.

Tradisi ini tidak ditemukan dalam dalil syar’i dan lebih merupakan warisan budaya. Jika dilakukan tanpa meyakini bahwa itu bagian dari syariat, hanya sebagai bentuk kebersihan fisik, maka tidak masalah. Namun, jika diyakini sebagai bentuk ibadah yang dapat menghindarkan dari musibah, maka perlu dikritisi secara keagamaan. Anda juga bisa membaca panduan amalan dan doa rabu wekasan bulan safar yang sesuai dengan tuntunan.

4. Meyakini Turunnya 320.000 Bala

Ada juga keyakinan bahwa pada bulan Safar, khususnya pada hari Rabu terakhir, akan turun 320.000 bala dari langit. Karena itu, masyarakat diajak untuk memperbanyak doa atau ibadah tertentu guna menolak bala tersebut.

Angka ini tidak memiliki landasan dalam Al-Qur’an maupun hadis. Keyakinan tersebut tergolong berlebihan dan bisa mengarah pada takhayyul, yakni keyakinan terhadap hal-hal yang tidak bisa dibuktikan dan tidak didasarkan pada ajaran Islam. Islam menekankan bahwa tidak ada hari atau bulan tertentu yang memiliki kekuatan mistis seperti itu.

5. Menunda Kegiatan Besar atau Keputusan Penting

Sebagian besar larangan bulan Safar berkaitan dengan penundaan: menunda hajatan, pembukaan usaha, akad jual beli besar, dan keputusan penting lainnya. Mereka khawatir bulan ini akan membawa kerugian atau kegagalan.

Islam tidak mengajarkan untuk menunda kebaikan. Justru sebaliknya, setiap keputusan penting dalam hidup seharusnya diiringi dengan istikharah dan musyawarah, bukan dengan ketakutan terhadap bulan tertentu. Menunda sesuatu hanya karena bulan Safar adalah bentuk keyakinan yang tidak berdasar.

Kesimpulan

Larangan bulan Safar yang selama ini dikenal luas di masyarakat ternyata banyak yang tidak memiliki dasar dalam ajaran Islam. Dari larangan menikah, bepergian, hingga menjalankan aktivitas besar lainnya, semuanya lebih bersumber pada mitos dan budaya yang berkembang secara turun-temurun. Islam tidak pernah mengajarkan untuk menjauhi bulan Safar, apalagi menganggapnya sebagai bulan kesialan.

Yang harus ditegaskan adalah pentingnya bertawakal, berserah diri kepada Allah, dan tetap berpikir rasional dalam beragama. Bulan Safar tetaplah bagian dari bulan-bulan Islam yang memiliki waktu-waktu kebaikan seperti bulan lainnya. Selama kita menjalankan ibadah dan aktivitas dengan niat baik serta mengikuti tuntunan syariat, maka tidak ada yang perlu ditakutkan dari bulan Safar.

FAQ

1. Apakah bulan Safar benar-benar bulan sial?
Tidak, Islam tidak mengenal bulan sial, termasuk Safar. Semua bulan dalam Islam adalah sama nilainya.

2. Bolehkah menikah di bulan Safar?
Boleh. Tidak ada larangan dalam Islam untuk menikah di bulan Safar.

3. Apakah mandi Rabu Wekasan termasuk syariat Islam?
Tidak, itu lebih pada tradisi budaya. Islam tidak menetapkan mandi tersebut sebagai ibadah.

4. Benarkah ada 320.000 bala yang turun di bulan Safar?
Tidak ada dalil sahih yang menyebutkan angka tersebut. Itu hanyalah keyakinan tanpa dasar.

5. Apa sikap yang tepat terhadap larangan bulan Safar?
Sikap terbaik adalah menghindari keyakinan yang tidak berdasar dan memperkuat pemahaman agama dengan dalil yang sahih.

Rachmat Razi

Writer & Blogger

Rachmat Razi adalah seorang SEO content writer yang suka menulis dan membahas berbagai hal, serta berdedikasi dalam mengoptimalkan situs web untuk mesin pencari.

You May Also Like

Latest News

Categories

Tags

© 2025 Bisadonasi.com. All Rights Reserved.